Tentang
Masyarakat dan Kebebasan
Apakah Tuhan menganugerahkan kami
nafas kehidupan untuk menempatkan di bawah kaki kematian? Apakah Dia
menganugerahkan kami kebebasan untuk menjadikannya suatu bayang – bayang bagi
perbudakan? Dia yang memadamkan nyala semangatnya dengan tangannya sendiri, ada
seorang pendusta di mata langit, karena langit meletakkan api yang membara
dalam jiwa kita. Dia yang tidak melakukan pemberontakan terhadap penindasan
terhadap diri sendiri.
Pikiran menelurkan hukum yang kita
buat, namun tak sanggup menghasilkan spirit dalam diri kita.
Manusia selama tujuh abad telah
menghasilkan hukum – hukum yang terkotori, hingga tak dapat lagi memahami makna
dari hukum yang abadi. Mata seorang manusia telah menjadi terbiasa dengan
keredupan cahaya lilin dan tak mampu melihat terang matahari. Penyakit
spiritual terus ditularkan dari satu generasi ke generasi lainnya hingga
menjadi bagian hidup masyarakat, dan mereka melihatnya bukan sebagai suatu
penyakit, namun dianggapnya sebagai pemberian alamiah, yang diberikan Tuhan
kepada Adam. Apabila mereka mendapati seseorang yang terbebaskan dari kuman
penyakit ini, mereka akan memandangnya dengan rasa malu dan aib.
Burung memiliki suatu kehormatan yang
tidak dimiliki oleh manusia. Manusia hidup dalam perangkap dalam hukum – hukum
dan tradisi – tradisi yang dibuatnya sendiri, sementara burung – burung hidup
seirama dengan hukum alamiah Tuhan, yang menyebabkan bumi berputar mengelilingi
matahari.
~Kahlil
Gibran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar